Minggu, 31 Juli 2011

Sebuah Pilihan

Berebut Lauk

Balada Kampung Genye

Film Dokumenter

film dokumenter
         Dokumenter adalah sebutan untuk film pertama kali karya lumiere bersaudara yang mengisahkan tentang perjalanan (travelogues) yang dibuat sekitar tahun 1890an. Tiga puluh tahun kemudian kata “Dokumenter” kembali digunakan oleh pembuat film krikikus film asal Inggris yaitu Jhon Gierson untuk film Moana (1926)  karya Robert  Flaherty. Gierson berpendapat bahwa dokumenter merupakan cara kreatif mempresentasikan realitas ( Susan Hayward:Key Concentsin cinema Studiesn yang, 1996:72). Film dokumenter menyajikan realita berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan penyebaran informasi dan pendidikan  (Heru Effendy, 2002:12). Bentuk dokumenter sendiri terpecah menjadi dua kategori, yang pertama dokumenter festival, dan yang kedua adalah dokumenter televisi. Film dokumenter berdurasi panjang umumnya diputar di bioskop atau festival dan lebih bebas menggunakan semua type shot. Sedangkan untuk jenis dokumenter televisi berdurasi pendek, dan terbatas dalaam menggunakan tipe shot. Film dokumenter  di Indonesia saat ini masih dianggap anak tiri, hal ini disebabkan oleh para pembuat film lebih tertarik membuat film yang  lebih komersil, belum lagi perhatian masyarakat lebih tertuju pada film cerita (Peransi,2004:45) seperti kita ketahui, dalam dokumenter televisi maupun film, gaya penuturan yang terdapat dalam dokumenter ada beberapa macam antara lain, potret (biography), sejarah, perbandingan, kontradiksi,laporan perjaalanan ( travel doc), ilmu pengetahuan (edukasi dan instruksional), nostalgia, rekonstraksi, investigasi, association picture story, doku drama, buku harian (diary) dan reportase (Gerzon R.Ayawaila,2007:7-12).
        Sebelumnya dalam televisi dokumenter dikenal sebagai program non fiksi, dan dalam format siaran televisi merupakan gaya bertutur jurnaalistik. Dan program non fiksi ini dibagi dalam 5 kategori antara lain, reportase atau esei verita actual, feature, magazine, dokumenter televisi dan dokumenter seri (Gerzon.R.Ayawaila, 2000:13).
          Ada empat kriteria yang menerangkan bahwa dokumenter adalah film non fiksi menurut Fajar Nugroho:
  1. Setiap adegan dalam dokumenter merupakan kejadian yang sebenarnya, tanpa interprentasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila         pada film fiksi latar belakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan otentik dengan situasi dan         kondisi asli ( apa adanya).
  2. Yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata (realita), sedangkan pada film fiksi  isi cerita berdasarkan karangan  (imajinatif), maka dalam film fiksi yang dimiliki adalah interprentasi imajinatif.
  3. Sebagai sebuah film non fiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa         adanya, ini merupakan bagian dari riset.
  4. Apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan.
Film dokumenter adalah film yang mengambil kenyataaan yang objektif sebagai bahan dasar utamanya, namun kenyataan itu tadi ditampilkan melalui interprestasi pembuatnya, karena itu seringkali kenyataan yang tadinya biasa bisa saja menjadi baru bagi penonton, bahkan dapat membuka perspektif baru dan sekaligus memaparkaan kenyataan itu untuk dipelajaari dan ditelaah. Dari sini dapat kita simpulkan, film dokumenter ada dan diakui keberadaannya, karena film ini mempunyai tujuan dalaam setiap kemunculannya. Tujuan-tujuan tersebut adalah penyebaran informasi, pendidikan dan tidak menutup kemungkinan untuk propaganda bagi orang atau kelompok tertentu (Heru Effendy,2002:12).
Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam dunia perfilman. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar tentang banyak hal, ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Tidk hanya itu film dokumenter juga dapat membawa keuntungan yang memuaskan , yaitu selain untuk dikomssumsi oleh publik lewat televisi, film dokumenter juga lazim diikutsertakan dalam berbagai festival film baik dalam maupun luar negri.
       Di Indonesia sendiri, produksi film dokumenter dipelopori oleh stasiun televisi pertama kita yaitu Televisi Republik Indonesia (TVRI). Berbagai film dokumenter tentang kebudayaan, flora fauna, profil, perjaalanan seseorang, telah banyak ditayangkan oleh TVRI. Seiring perkembangan televisi swasta di Indonesia yang menayangkan film dokumenter baik yang dibeli dari rumah produksi maupun diproduksi sendiri.

Jenis Kamera Seluloid

16mm Camera
Kamera ini menggunakan pita seluloid yang diagonalnya 16mm. Jenis film 16mm ini dikembangkan oleh Eastman Kodak pada tahun 1923. Tujuannya pada saat itu adalah sebagai alternatif membuat film yang lebih murah dibandingkan dengan film 35mm. Biarpun pada awalnya ditujukan bagi filmmaker amatir, namun ke depannya kamera 16mm menjadi cukup populer di kalangan filmmaker, terutama yang budgetnya cukup ketat.
Di Indonesia sendiri, rata-rata iklan dan film yang menggunakan seluloid memakai kamera film 16mm. Variasi lain dari kamera 16mm adalah super 16mm, namun tidak terlalu banyak berbeda. Hanya ukuran diagonal framenya yang sedikit lebih besar.
35mm Camera
35mm Camera
35mm Camera
Inilah jenis kamera yang sampai saat ini masih menjadi favorit banyak filmmaker (walaupun banyak juga yang sudah beralih ke High Definition). Lagi-lagi, 35 mm diambil dari ukuran diagonal pita seluloidnya. Ukuran pita ini sama dengan pita seluloid yang digunakan pada fotografi. Bedanaya, pada kamera foto posisi pita horizontal, sedangkan pada pita kamera film posisi pita vertikal.
Dasar dari kamera ini ditemukan oleh Lumiere bersaudara, sedangkan pita 35mm sendiri ditemukan oleh William Dickson dan Thomas Edison,berdasarkan film stock yang disuplai oleh George Eastman. 35 mm sudah mengalami beberapa modifikasi, dari yang tadinya hitam putih, menjadi bisa menerima warna, dan dari yang tadinya tidak bisa menangkap suara, menjadi bisa menerima sinyal suara.
35mm adalah ukuran standart di dunia film dan beberapa festival besar hanya menerima format akhir berupa 35mm. 35mm juga merupakan standart yang digunakan di bioskop-bioskop, sehingga film dengan hasil akhir 35mm bisa diputar di seluruh dunia. Namun dewasa ini, sudah ada bioskop-bioskop yang bisa memutar format digital.
Film-film berbudget besar masih cenderung memilih kamera 35mm untuk shooting, karena kualitas gambarnya masih belum ada yang mengalahkan. Selain itu juga ada perasaan gengsi tersendiri ketika shooting menggunakan kamera 35mm.
Kamera 65mm dan 70mm
Selain itu ada juga kamera dengan format 65mm dan 70mm. Namun kedua jenis ini tidak begitu populer karena biaya yang harus dikeluarkan untuk kedua jenis kamera ini sangatlah mahal. Film yang menggunakan jenis kamera ini biasanya adalah film-film IMAX.


Standart 8mm Camera

8mm camera
Kamera ini dikembangkan pada era Great-Depression oleh Eastman Kodak dan dirilis pada tahun 1932. Tujuan dari dirilisnya jenis kamera ini adalah untuk membuat film rumahan (home movie) yang lebih murah dari 16mm. 8mm mengacu pada jarak diagonal dalam sebuah frame pita seluloid itu. Rata-rata pita seluloid itu bisa merekam antara 3 sampai 4,5 menit, dan bergerak di kecepatan 12, 15, 16, dan 18 frames per second.
Kamera ini terhitung sudah cukup langka, namun film seluloidnya sendiri masih diproduksi.







 Super 8 Camera



Super 8

Super 8 camera adalah pengembangan dari kamera 8mm dan dirilis pada tahun 1965. Pada masanya, ini adalah pilihan para filmmaker amatir. Gambar yang dihasilkan sedikit lebih bagus daripada kamera 8mm. Tidak terlalu banyak perbedaan antara kamera 8mm dengan Super 8.
Perbedaan yang mendasar hanya terletak pada ukuran materi yang digunakan. Untuk Super 8, ukuran materi seluloid yang digunakan sedikit lebih besar untuk setiap framenya. Selain itu, ukuran lubang di samping frame pada pita seluloid super 8 jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan pita 8mm.
Karena bentuknya yang kecil dan ringan , serta pengoperasiannya mudah, kamera 8mm dan kamera super 8 lebih banyak digunakan untuk keperluan shooting rumahan. Pada jamannya, kamera 8mm dan super 8 meyerupai consumer camcorder di jaman sekarang.

Sabtu, 30 Juli 2011

Titik

Mengenalmu sungguh aku jauh,menyibukkanmu sungguh aku mendayu dalam hina malu.Mengejarmu sungguh aku tertatih dalam letih tanpa syukur...sungguh engkau tak pernah membiarkan'ku dalam lebam malam yang menua,tak membiarkan panganku yang melompong hina.Namun kuracuni hati suci yang kau lahirkan dalam diri ini...Ya Tuhan aku hanya titik.............

Debit nadi yang kau alirkan lurus telah kucabangkan dalam khilaf sengaja dan memang sengaja,aku lunglai dimana mata angin yang ku tengok itu selalu menatap dan menyapaku dalam hening suci yang mengasihi dan menyayangi,Namun ku terjerembab dalam ke dhoif'an yang hakiki,kebodohan yang menyemestikan aku menjadi insan bodoh itu........  Ya Tuhan aku hanya titik.....................

Kusapa embun itu namun ia menoleh tanpa kata dan senyum,padahal telah kuhidangkan segumpal manisan dihadapan itu...Kusapa juga pelita itu dalam-dalam ia pun juga menyingkirkan cahyanya menjadi temaram padaku.....ada apa ini apakah engkau menciptakan dzat-dzat yang saling membenci itu....
Ya Tuhan aku hanya titik.....

Riuh langkah dalam sedan sedu itu...kudengar suara sapaan yang begitu hangat dan ramah namun melengking...kuterima dalam akal heningku...tiupannya damai memberi canda dalam gusarku...kuikuti itu...dalam semakin dalam dan mendalam....ia meliuk memutar namun makin kencang dan liar....sungguh ku pun teperdaya dalam tipu itu....angin nafsu itu meluluh lantahkan ku.......Ya Tuhan aku hanya titik...

Dalam diam rasa jiwa menetes haru membiru,resah itu pun membelenggu,yang kutau engkau pemaaf dari segala buta lara penglihatanku...ku selami lagi dalam diam itu....butir air suci dari mata hati membeku,bergulir indah menghiburku....kilaunya menawan hati yang tertawan itu.....buai haru campur satu dalam zahir ku....dalam qolbu dan heningku...sungguh tiada keindahan yang lebih dari butir itu....tiada kebahagian yang membahagiakan dari butir itu.....dan tiada kesejukkan yang menyejukkan dari butir itu......sungguh butir itu adalah titik itu....titik sesal itu.......Ya Tuhan aku hanya titik yang dhoif.....Ampunilah debu lajurku.


Rabu, 27 Juli 2011

PILAR KAKI BUMI a documentary film

Ini film dokumenter yang baru saya garap.Judulnya Pilar Kaki Bumi..film ini menceritakan tentang kedashyatan dan kebesarannya Allah SWT. 
Dimana di Ibu Kota Jakarta yang dengan kemegahaan dan kompleksitas kehidupan yang bernaung diatas tanah airnya,tak akan pernah terlepas dari nilai-nilai Religiusitas individu-individu yang melingkupinya.Dari megahnya bangunan-bangunan pencakar langit,hingga gubuk-gubuk reot,yang seakan terpojoldisudut gemerlap dan mewahnya kota jakarta,yang kokoh dan angkuh.Tak terkecuali rumah Tuhan,yang berdiri anggun dibawah pilar kaki fly over dikawasan slipi.Keberadaaanya menjadi oase,yang memberikan kesejukan bagi orang-orang yang berada disekitarnya.Kehadirannya menjadi penawar untuk lelah dan penat dalam kesibukan jiwa yang sepi.

Sinopsis :

Dimulai dari seorang pria paruh baya bernama Pak Ma'ruf beliau adalah tokoh masyarakat di daerah slipi yang dahulu backgroundnya  seorang freeman (preman) yang bebas dengan segala kehidupan asam garamnya.Kemudian dia mendapat kedashyatan hidayah dari salah seorang cucunya yang masih kecil.dan sejak saat itu ia berjanji untuk meninggalkan semua kehidupan suramnya dengan toubat yang sesungguhnya.Dan dengan langkah barunya ia mencoba mendekat kepada Sang Kuasa dengan mendirikan sebuah bangunan kecil untuk sholat dibawah kolong fly over slipi.dahulu dikolong itu adalah tempat para pedagang,tempat dangdutan dan mabuk-mabukan masa kelamnya dulu.dari mulai gubuk bilik bambu hingga sekarang berdiri dengan mewah,indah dan menawan.Dengan susah payah keringat dan cobaan-cobaan terjal pun ia hadapi,dari mulai perizinan memasang mimbar,listrik dan air untuk berwudhu.Namun semua itu ia kerjakan dengan penuh ikhlas,Tawadhu dan senyum kepada Yang Maha Kuasa.Dan buah manisnya itu sekarang menjadi sangat indah,kokoh,menawan seperti Taman Surga walau Taman itu dibawah kaki Fly Over.

Selasa, 26 Juli 2011

Shoot Dokumenter




































































Ahhahah Alhamdulillah saya bersyukur padamu ya Allah yg telah memberikan kemudahan pada kami dalam membuat film dokumenter kami...hmmmm lelah senang dan keringat itu bercampur dalam momentum itu...hmmm trimakasih Pak Maruf.dan Sahabat2 yang kucintai jasamu melebihi bung karno...xixixixixixi